Responsive Ads Here

Friday, April 20, 2018

Legenda Siti Nurbaya, Kelicikan Sang Datauk Maringgih




BAGI masyarakat Kota Padang pasti tidak asing lagi dengan Objek Wisata Gunung Padang dan Taman Siti Nurbaya ini, sebab destinasi wisata yang satu ini sudah sangat terkenal di Sumatera Barat terutama bagi masyarakat Kota Padang dan sekitarnya. Gunung Padang (Gunuang Padang) yang diceritakan di sini bukanlah sebuah gunung yang menjulang tinggi seperti pada umumnya, melainkan sebuah bukit kecil setinggi 80 mdpl dengan panorama alamnya yang memukau. Tempat ini menyimpan kombinasi antara panorama alam yang indah, legenda cinta, dan sepenggal sejarah pada masa pendudukan Jepang.

Masyarakat Padang menyebutnya sebagai Gunuang Padang karena memang puncak bukit ini merupakan wilayah yang paling tinggi yang terdapat di sekitar pusat Kota Padang. Taman Gunung Padang atau Taman Siti Nurbaya adalah sebuah taman objek wisata di ketinggian yang terletak di sebelah barat Kota Padang. Untuk mencapai lokasi objek wisata ini kita cukup menuju ke arah Jembatan Siti Nurbaya yang melintasi sungai Batang Arau di dekat Pelabuhan Muaro.

Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan menuju ke kawasan atau pintu gerbang Objek Wisata Gunuang Padang yang berjarak sekitar 500 meter dari Jembatan Siti Nurbaya. Di sini kita bisa membeli tiket masuk sekitar Rp 2.000 per orang serta biaya parkir kendaraan Rp 5.000. Jika dunsanak membutuhkan pemandu (guide), penjaga loket akan bersedia untuk mencarikan seorang pemandu untuk mengantar kita berkeliling dan memberikan informasi dan sejarah seputar Gunung Padang.

Destinasi wisata Gunuang Padang, tidaklah dapat dipisahkan dengan legenda cinta Siti Nurbaya. Gaya dan maksud licik sang Datuakk Maringgih meminjamkan uangnya kepada Baginda Sulaiman, ayah dari Siti Nurbaya, meruapakan awal dari petaka legenda ini.

Dari uang Datuk Maringgih, usaha dagang Baginda maju pesat. Tapi, sayang, ternyata Datuk Maringgih jadi iri hati melihat Baginda Sulaiman yang mampu memajukan usaha dagangannya. Akhirnya Datuak Maringgih memerintahkan orang-orang suruhanya, yakni pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yang lainnya, untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Sehingga sijago merah melalap toko milik Baginda Sulaiman, habis terbakar dan menjadi debu. Baginda Sulaiman jatuh bangkrut, sekligus hutang menumpuk pada Datuk Maringgih.

Di tengah kesedihan mendalam musibah terbakarnya toko milik Baginda Sulaiman, Datuk Maringgih datang menagih hutangnya. Baginda Sulaiman jelas tidak mampu membayar hutangnya.

Hal ini sengaja dilakukan Datuk Maringgih, karena tahu, bahwa Baginda Sulaiman tidak akan mampu membayarnya. Ketidak mampuan Baginda Sulaiman membayar hutang jadi alasan bagi Datuk Maringgih untuk menawar Siti Nurbaya, putri Baginda Sulaiman dijadikan istrinya. Sebab kalau tawaran Datuk Maringgih diterima, maka hutang lunas. Baginda Sulaiman dengan terpaksa dan berat hati, Siti Nurbaya, putri kesayangannya diserahkan menjadi istri Datuk Maringgih.

Tak kuasa menahan perintah orang tua, Sitipun memberitahukan kekasihnya Samsul Bahri yang Kala itu sedang menuntut ilmu di Jakarta, bahwa dirinya sudah dipinang Datuak Maringgih.

Mendapatkan kabar buruk tersebut Samsul Bahri sangat terpukul, gadis pujaannya telah jadi milik Dt. Maringgih. Cinta yang tulus dan menggebu-gebu tinggal kenangan.

Sebaliknya, Siti Nurbaya, hatinya bagaikan teriris, iris sembilu dan hancur. Samsul Bahri kekasih yang sagat disayangi lepas, tak bisa jadi pelindung hidupnya akibat petaka yang menimpa keluarganya.

Tidak lama kemudian, Baginda Sulaiman, ayah dari Siti Nurbaya jatuh sakit. Kebetulan Samsul Bahri sedang berlibur, sehingga punya kesempatan untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Dalam kesempatan liburan tersebut, sekaligus mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dirindukan.

Ketika Samsul Bahri sampai di rumah Siti Nurbaya, sempat duduk-duduk di bawah pohon. Tiba-tiba muncul Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih melihat istrinya berdua dengan bekas pacarnya sedang bersendagurau langsung marah. Akibatnya Datuk Maringgih berusaha menganiaya istrinya Siti Nurbaya.

Rupanya, Samsul Bahri tidak mau diam melihat mantan kekasaihnya dianiaya. Samsul Bahri memukul Datuk Maringgih sampai tersungkur ketanah. Lalu, Siti Nurbaya saking kaget dan takut, berteriak dengan suara lantang, sehingga terdengar ayahnya di rumah yang sedang sakit keras.

Mendengar teriakan putri kesayangannya itu, Baginda Sulaiman berusaha bangun, tapi tidak kuat berdiri, terjatuh ke lantai rumahnya. Akhirnya ayah Siti Nurbaya menghembuskan nafas terakhirnya.

Peristiwa itu, dijadikan pula bagi Datuak Maringgih untuk mengusir Siti Nurbaya, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampungnya dan tinggal bersama bibinya. Sementara Samsul Bahri di Jakarta hatinya hancur dan dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya mencoba menyusul kekasihnya, Samsul Bahri ke Jakarta.

Namun ditengah perjalanan, Siti Nurbaya hampir meninggal dunia, karena ada seseorang yang mendorongnya kelaut, Tetapi untunglah Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang memegang bajunya hingga dirinya terselamatkan.
Walau Siti Nurbaya selamat, tapi marabahaya berikutnya menunggu lagi, di daratan. Ketika sampai di Jakarta Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena Datuak Maringgih mengirim surat telegram berisi memfitnah Siti Nurbaya. Siti Nurbaya ke Jakarta telah membawa lari emasnya.

Samsul Bahri yang mengetahuk hal tersebut berusaha menolong kekasihnya, agar pihak pemerintah mengadili Siti Nurbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya tidak berhasil. Proses persoalan Siti Nurbaya tetap dilaksanakan di Padang. Namun akhirnya Siti Nurbaya dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.

Beberapa waktu kemudian. Samsul Bahripun naik pangkat menjadi Letnan, lalu ditugaskan Pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah Padang. Ternyata para pengacau salah satunya adalah Datuak Maringgih. Maka terjadilah pertempuran sengit antara Letnan Mas (gelar Samsul Bahri) dengan pengawal Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru. Namun sebelumnya Datuak Maringgih sempat melukai Letnan Mas dengan pedangnya. Datuk Maringgih meninggal ditempat, sedangkan Letnan mas dirawat di rumah sakit.

Saat di rumah sakit, sebelum meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsul Bahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsul Bahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang. Ini sangat melanggar adat istiadat dan memalukan.

Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsul Bahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan disanalah kedua kekasih yang saling mencintai ini bertemu terakhir, dan bersama untuk selama-lamanya. (Red)


sumber:https://www.sumbartoday.com/legenda-siti-nurbaya-kelicikan-sang-datauk-maringgih/

No comments:

Post a Comment