Suatu hari di salah satu ruangan di gedung MPR/DPR. Seorang anggota dewan yang baru diangkat, tampak masih canggung, lugu dan serba kikuk. Rupanya dia wakil dari daerah dan belum pernah bekerja atau punya ruangan yang megah.
(Beberapa saat kemudian, ada yang mengetuk pintu ruangannya).
Setelah dibuka, berdiri dihadapannya 2 orang dengan koper besar dan segulungan kabel.
DPR: “Wah, ini pasti wartawan TV yang mau mewawancarai aku.” (Dalam hati).
Agar tampak berwibawa dan membela rakyat, sambil melihat jam dan mengangkat telepon,
DPR: “Maaf tunggu sebentar, saat ini saya harus menghubungi ketua fraksi untuk melaporkan hasil-hasil sidang hari ini.”
Kemudian selama beberapa puluh menit dia menelpon dan terlibat pembicaraan tingkat tinggi,
DPR: (Sambil sekali-sekali menyebut-nyebut ‘Demi rakyat’ atau ‘Kepentingan rakyat’ keras-keras).
Setelah selesai sambil meletakan gagang telepon dia berkata pada dua orang tamunya tersebut.
DPR: “Nah, sekarang wawancara bisa kita mulai.”
(Kedua orang itu tampak bingung dan berpandangan satu sama lain).
Orang: “Maaf pak, kami datang kesini mau memasang saluran telepon bapak.”
No comments:
Post a Comment