Responsive Ads Here

Sunday, April 22, 2018

Arya Wiraraja I, Raja I Sumenep


Arya Wiraraja I, Raja I Sumenep

Sumber:http://pancamr.lecture.ub.ac.id/history/arya-wiraraja-i-raja-i-sumenep-dan-rakryan-mantri-arya-wiraraja-makapramuka/

Arya Wiraraja I (Raja I Sumenep) adalah seorang politikus handal, yang membantu Raden Wijaya dalam mendirikan kerajaan Majapahit.

Arya Wiraraja

Arya Wiraraja dapat disebut sebagai seorang politikus yang handal pada zaman Jawa Kuna. Hal ini ditunjukkan dengan bukti-bukti berupa cerita-cerita tentang bagaimana ia membantu orang lain untuk mendapatkan kekuasaan. Seperti contoh bagaimana ia membantu Raja Jayakatwang menaklukkan kerajaan Singasari yang pada saat itu dipimpin oleh Raja Kertanegara atau keika ia membantu Raden Wijaya dalam mendirikan kerajaan baru yang dinamakan Majapahit. Dengan melihat bukti-bukti tersebut dapat dikatakan bahwa Arya Wiraraja sangat berperan penting dalam kegiatan politik kedua kerajaan tersebut meski dengan zaman yang berbeda.



Aria Wiraraja dan Keruntuhan Singhasari

Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Harsawijaya mengisahkan Arya Wiraraja semula menjabat sebagai rakryan demung (adipati) pada masa pemerintahan Kertanagara di Singosari (Singhasari). Saat itu, Raja Singosari mengirimkan Arya Wiraraja ke Sumenep. Menurut beberapa sumber, pengiriman tersebut sesungguhnya adalah pengucilan lantaran Raja Singosari merasa berseberangan politik dengan Wiraraja. Raja Singosari tampaknya juga dapat melihat kecerdasan politik Arya Wiraraja sehingga merasa khawatir terancam kedudukannya.

Wiraraja merasa sakit hati. Ia mengetahui kalau Jayakatwang bupati Gelang-Gelang berniat memberontak, untuk membalas kekalahan leluhurnya, yaitu Kertajaya raja terakhir Kadiri yang digulingkan oleh Ken Arok pendiri Kerajaan Tumapel atau Singosari. Wiraraja pun mengirim surat melalui putranya yang bernama Wirondaya, yang berisi saran supaya Jayakatwang segera melaksanakan niatnya, karena saat itu sebagian besar tentara Singosari sedang berada di luar Jawa. Saat itu, Ibu kota Kerajaan Singosari tengah mengalami kekosongan karena prajuritnya sedang melakukan ekspansi di daerah lain. Informasi kelemahan itulah yang kemudian disebarkan Arya Wiraraja sehingga Kerajaan Kediri dapat melumpuhkan Kerajaan Singosari.

Maka pada tahun 1292, terjadilah serangan pasukan Gelang-Gelang terhadap ibu kota Singosari. Kertanagara tewas di istana. Jayakatwang lalu membangun kembali negeri leluhurnya, yaitu Kadiri dan menjadi raja di sana.
Raja Kediri kemudian membunuh semua anggota keluarga Kerajaan Singosari. Hanya satu yang berhasil lolos, yaitu Raden Wijaya yang lari ke Sumenep minta perlindungan Wiraraja.

Persekutuan Aria Wiraraja dengan Raden Wijaya

Menantu Kertanagara yang bernama Raden Wijaya mengungsi ke Sumenep meminta perlindungan Aria Wiraraja. Semasa muda, Wiraraja pernah mengabdi pada Narasingamurti kakek Raden Wijaya. Maka, ia pun bersedia membantu sang pangeran untuk menggulingkan Jayakatwang. Raden Wijaya bersumpah jika ia berhasil merebut kembali takhta mertuanya, maka kekuasaannya akan dibagi dua, yaitu untuk dirinya dan untuk Wiraraja.

Mula-mula Wiraraja menyarankan agar Raden Wijaya pura-pura menyerah ke Kadiri. Atas jaminan darinya, Raden Wijaya dapat diterima dengan baik oleh Jayakatwang. Sebagai bukti takluk, Raden Wijaya siap membuka Hutan TarikTarik, Sidoarjo menjadi kawasan wisata bagi Jayakatwang yang gemar berburu. Jayakatwang mengabulkannya. Raden Wijaya dibantu orang-orang Madura kiriman Wiraraja membuka hutan tersebut, dan mendirikan desa Majapahit di dalamnya.

Pada tahun 1293 datang tentara Mongol untuk menghukum Kertanagara yang berani menyakiti utusan Kubilai Khan tahun 1289. Kerajaan Mongol dulu adalah penguasa Asia yang pernah mengirimkan utusan kepada Kerajaan Singosari untuk penyampaikan pesan agar mereka takluk pada Mongol. Tetapi Raja Singosari saat itu (Kertanagara) malah memotong telinga utusan Mongol dan menyuruhnya pulang kembali ke Mongol. Raden Wijaya selaku ahli waris Kertanagara siap menyerahkan diri asalkan ia terlebih dahulu dibantu memerdekakan diri dari Jayakatwang. Maka bergabunglah pasukan Mongol dan Majapahit menyerbu ibu kota Kadiri. Setelah Jayakatwang kalah, pihak Majapahit ganti mengusir pasukan Mongol dari tanah Jawa.

Menurut Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Harsawijaya, pasukan Mongol datang atas undangan Wiraraja untuk membantu Raden Wijaya mengalahkan Kadiri, dengan imbalan dua orang putri sebagai istri kaisar Mongol. Kisah tersebut hanyalah ciptaan si pengarang yang tidak mengetahui kejadian sebenarnya. Dari berita Cina diketahui tujuan kedatangan pasukan Mongol adalah untuk menaklukkan Kertanagara penguasa Jawa.

Jejak Kerajaan Majapahit

Saat itulah, Kerajaan Kediri kemudian runtuh. Selanjutnya, Raden Wijaya berdasarkan masukan Wiraraja menyerang tentara Mongol yang mengalami euforia kemenangan melawan Kerajaan Kediri. Tak pelak lagi, Wiraraja dengan berbagai taktiknya membawa kemenangan bagi Raden Wijaya untuk mengalahkan tentara Mongol. Inilah titik tolak Raden Wijaya berkuasa dan menjadikan Tarik (Trowulan, Mojokerto) sebagai pusat kekuasaan yang kemudian menjadi Kerajaan Majapahit. Istilah Majapahit muncul karena di daerah hutan Tarik banyak terdapat buah maja (mojo) yang rasanya pahit.

Jabatan Arya Wiraraja di Majapahit

Raden Wijaya menjadi raja pertama Majapahit yang merdeka tahun 1293. Dari prasasti Kudadu (1294) diketahui jabatan Arya Wiraraja adalah sebagai pasangguhan dengan gelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka. Pada prasasti Penanggungan (1296) nama Wiraraja sudah tidak lagi dijumpai.

Penyebabnya ialah pada tahun 1295 salah satu putra Wiraraja yang bernama Ranggalawe melakukan pemberontakan dan menemui kematiannya. Peristiwa itu membuat Wiraraja sakit hati dan mengundurkan diri dari jabatannya. Ia lalu menuntut janji Raden Wijaya, yaitu setengah wilayah Majapahit. Raden Wijaya mengabulkannya. Wiraraja akhirnya mendapatkan Majapahit sebelah timur dengan ibu kota di Lumajang.

Akhir Kemerdekaan Majapahit Timur

Pararaton menyebutkan pada tahun 1316 terjadi pemberontakan Nambi di Lumajang terhadap Jayanagara raja kedua Majapahit. Kidung Sorandaka mengisahkan pemberontakan tersebut terjadi setelah kematian ayah Nambi yang bernama Pranaraja. Sedangkan, Pararaton dan Kidung Harsawijaya menyebut Nambi adalah putra Wiraraja. Menurut prasasti Kudadu (1294) Pranaraja tidak sama dengan Wiraraja.

Berdasarkan analisis Slamet Muljana menggunakan bukti prasasti Kudadu dan prasasti Penanggungan (dalam bukunya, Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya, 1979), Wiraraja lebih tepat sebagai ayah Ranggalawe dari pada ayah Nambi. (Lihat Ranggalawe)

Tidak diketahui dengan pasti apakah Wiraraja masih hidup pada tahun 1316. Yang jelas, setelah kekalahan Nambi, daerah Lumajang kembali bersatu dengan Majapahit bagian barat. Ini berarti penguasa Majapahit Timur saat itu (entah Wiraraja atau penggantinya) bergabung dengan Nambi dan terbunuh oleh serangan pasukan Majapahit Barat.

 Sumber :

[1] http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/01/arya-wiraraja-tokoh-dibalik-tokoh-dan-rentetan-tumbuh-tenggelamnya-kerajaan-di-jawa-yang-menyatukan-nusantara/
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Aria_Wiraraja
[3] http://sejarahunj.blogspot.com/2010/04/arya-wiraraja.html

No comments:

Post a Comment