Responsive Ads Here

Monday, April 23, 2018

Wasiat Eyang Prabu Siliwangi kepada Keturunannya


Wasiat Eyang Prabu Siliwangi kepada Keturunannya

sumber:https://www.lyceum.id/wasiat-eyang-prabu-siliwangi-keturunannya/

Inilah wasiat Eyang Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja [Ratu Jayadewata]. Wasiat ini ia sampaikan beberapa saat sebelum menancapkan Ecis Sakti ke bumi. Moment ini pula yang membuat Pakuan Padjajaran hilang seperti ditelan bumi dalam mitos masyarakat Sunda.

Tulisan ini, diadaftasi dari Photo Copy yang diberikan Um Masril Arizal dan tulisan lain yang relative mirip dengan photo copy tadi. Penulis mengutif tulisan kedua dari puteraramasejati.wordpress.com.

Tulisan ini, secara naratif berbeda dengan apa yang pernah saya tulis. Namun memiliki kesamaan substansi secara total dengan apa yang terdapat dalam dua tulisan di atas. Inilah wasiat penting bagi mereka yang menganggap dirinya sebagai keturunan Eyang dan memiliki relevansi makna dengan kehidupan hari ini.

Dikisahkan, pada tahun 1521 setelah Eyang Prabu Siliwangi berkuasa kurang lebih 39 tahun, tiba-tiba ia menghilang. Padahal ia dikenal selama masa pemerintahannya, mampu membuat pakuan Padjajaran menjadi subur makmur, gemah rifah lohjinawi. Ia menghilang secara tiba-tiba dan sampai saat ini masih tetap misterius.

Yang tertinggal hanya dari satu cerita ke cerita lain tentang kesaktian dan kedigjayaan tokoh ini. Sangat sedikit di antara para intelektual sekalipun yang masih menganalisa persoalan ini. Mungkin karena terlalu rumit untuk dilakukan.

Diketahui bersama bahwa mungkin hanya satu kerajaan Hindu-Budha yang tidak mengawetkan pola budayanya dalam bentuk peninggalan seperti pada kerajaan-kerajaan lain.

Ini pula yang kelak oleh Nurcholish Madjid (1991) disebut sebagai mengapa Islam Jawa Barat jauh lebih “Islami” dibandingkan dengan daerah lain di Jawa. Jawa Barat meski pernah menampilkan kerajaan Besar dan hampir semua kerajaan Hindu-Budha berasal dari sini, tetap sulit dilacak aspek historis yang membutuhkan pembuktian sejarah. Inilah problemnya.

Lepas dari berbagai persoalan tadi, ada dokumen yang meski juga sulit dibuktikan secara ilmiah, yang secara turun temurun selalu diwariskan oleh mereka yang menganggap bahwa ada nilai historis penting di balik Padjajaran yang menghilang itu.

Nilai historis itu, bukan hanya sekedar naskah tanpa makna, tetapi cakupan makna yang sangat filosofis. Inilah wasiat penting yang dititipkan Eyang Prabu Siliwangi saat akan “ngahiyang” dari alam fisik yang terbatas menuju alam metafisik yang tak berbatas.

Wasiat Eyang Prabu Siliwangi

Eyang Prabu Siliwangi berpesan kepada warga Padjajaran yang ikut mundur. “Perjalanan kita sampai di sini dan sampai hari ini.

Tidak hijrah  ke tempat lain dan tidak di hari lain. Aku tahu anda semua setia dan tulus mendampingiku. Tapi aku tidak mau membawa kalian masuk dalam masalah yang aku hadapi. Jika anda terlibat dan masuk dalam masalah ini, hidup kalian hanya akan terbawa susah dalam bentuk kemiskinan dan kelaparan.

Anda pilih hidup yang mendorong masa depan. Agar besok, lusa dan seterusnya, anda akan hidup senang karena anda kaya raya dan dapat mendirikan kerajaan Padjajaran lagi, meski bukan padjajaran yang saat ini ada.

Tetapi Padjajaran baru yang berdiri karena perjalanan waktu. Aku …. Tidak pantas menjadi raja yang dapat mendorong rakyatnya justru menjadi miskin dan lapar.

Jika kalimat ini benar berasal dari Eyang, maka, ia adalah pemimpin sejati. Pemimpin yang hanya bercita-cita memakmurkan rakyatnya. Ia ridak berkuasa untuk sebaliknya.

Kekuasaan digunakan untuk memakmurkan dirinya sendiri. Ini juga satu monument penting, betapa prinsip-prinsip ketawadluan masyarakat Padjajaran bersikap teposelira. Ia akan mengukur kapasitas dirinya atas kepantasan objek yang dia kuasai.

Yang Ikut Dengan Prabu Siliwangi

Dengan pelan Eyang Prabu Siliwangi mengatakan: Yang ingin tetap ikut denganku harap segera memisahkan diri ke arah Selatan.

Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara. Mereka yang datang ke arah ini, tidak akan pernah mendatangi kota.

Kalian hanya akan bertemu dengan padang yang perlu diolah. Keturunan kalian, kebanyakan akan menjadi rakyat biasa.

Adapun yang menjadi penguasa tetap tidak mempunyai kekuasaan. Suatu hari nanti akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang menyusahkan. Waspadalah!

Yang hendak berbakti kepada raja yang sedang berkuasa

Yang hendak berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke Timur! Dengarkan oleh kalian yang berangkat ke arah Timur! Kekuasaan akan turut serta bersama kalian! Keturunan kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan orang lain.

Tapi kalian harus ingat, nanti mereka akan memerintah dengan semena-mena. Akan ada pembalasan untuk semua itu. Silahkan pergi

Yang tidak ingin ikut siapa-siapa

Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke Barat. Saudara yang berangkat ke sebelah Barat, carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya.

Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné.

Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan pergi! Ingat! Jangan menoleh kebelakang!

Keturunana Eyang Prabu Siliwangi Yang Akan Dikunjungi

Semua keturunan kalian akan aku kunjungi. Tetapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar.

Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya. Siapakah itu? Mereka adalah yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya.

Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan wewangian. Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata.

Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri.

Sebab bukti yang ada akan banyak yang ditolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa diteemukan kembali.

Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan bahkan berlebihan kalau bicara.

No comments:

Post a Comment