Responsive Ads Here

Sunday, April 22, 2018

Kisah Sugimanharjo, Pengantar Beras untuk Para Pejuang


Kisah Sugimanharjo, Pengantar Beras untuk Para Pejuang

Senin 10 November 2014 02:42 WIB
sumber:http://republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/10/neseqy-kisah-sugimanharjo-pengantar-beras-untuk-para-pejuang

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Setiap kali memperingati Hari Pahlawan, masyarakat Indonesia pasti dengan mudah akan mengingat nama-nama seperti Soekarno, Hatta, Jenderal Sudirman, Abdul Haris Nasution serta tokoh-tokoh lain yang telah wafat dan berjasa.

Namun di luar tokoh-tokoh besar itu, masih banyak pejuang-pejuang yang hingga kini menikmati Indonesia merdeka dalam kesederhanaan. Nama-nama tokoh tersebut memang tidak tercantum dalam buku-buku sejarah, namun bukan berarti mereka tidak berperan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Seperti Sugimanharjo Sudarmo warga Tanuditan Rt 06, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta. Pria kelahiran tahun 1924, merupakan salah satu pejuang yang masih diberikan umur panjang. Meskipun usianya tidak lagi muda namun, semangatnya masih tinggi menceritakan kisahnya saat berjuang kepada Republika.

Ditemani Sustiati, anak dari Sugimanharjo, Republika diantar ke rumah ayahnya yang berada dalam satu kompleks. Fisik Sugimanharjo masih cukup kuat. Ia hanya mengalami masalah dalam pendengaran. Oleh karena itu, Republika juga dibantu oleh Sustiati dalam proses kelancaran wawancara.

Sugimanharjo mengaku jika ia merupakan anggota kelaskaran. Ia memang bukan pemimpin dalam proses perjuangan kemerdekaan. Akan tetapi, perannya sebagai pengantar beras dari gudang ke dapur para pejuang di seluruh Bantul merupakan peran yang tidak mudah.

Setiap hari, Sugimanharjo harus menghindari patroli dari tentara Jepang dan Belanda agar ia bisa mengambil beras untuk di daerah Bantul, untuk rekan-rekannya. "Pokoknya pagi-pagi sudah harus sampai di gudang," katanya.

Kopral Pardi, Letnan Pademo, dan Mayor Sardjono, kata Sugimanharjo, merupakan pimpinan yang mengatur dalam proses perjuangan kemerdekaan pada waktu itu. Sugimanharjo juga pernah tinggal di Asrama Jepang. Ia dilatih banyak hal mulai dari militer, kesehatan, dan pertanian.

Sehingga pada saat kedatangan Belanda yang kedua, Sugimanharjo sudah memiliki keahlian dalam menghadapi serangan. Suatu hari, saat akan mengantarkan beras dari rumahnya, kata Sugimanharjo, pasukan Belanda sudah melakukan tembakan. Namun, Ia berhasil melarikan diri dan terhidar dari tembakan pasukan Belanda.

Sugimanharjo pada waktu itu merupakan orang yang memiliki kemampuan ekonomi lebih dibandingkan orang lain. Hanya ia saja yang memiliki Kereta Andong di lingkungannya pada waktu. Sehingga dalam menyuplai beras ke dapur pejuang menggunakan kereta andong miliknya.

Pada tahun 1982, Sugimanharjo mendapatkan Surat Keputusan (SK) sebagai Veteran Kemerdekaan. Menurut pengakuannya, setiap bulannya Ia menerima tunjangan sekitar Rp 1,4 juta. Namun, ketika ditanya apakah penghargaan yang diberikan oleh negera sudah cukup, Sugimanharjo menerima apa adanya.

"Itu tergantung pemerintah yang menilai, kalau saya dulu tidak berpikir sekarang akan mendapatkan apa-apa, pikiran saya Merdeka Merdeka, gak mikir hidup saya dibelakang, anak gak saya pikir" tegas Sugimanharjo, sambil mengepalkan tangannya.

Sugimanharjo menilai dijajah oleh Jepang dan Belanda sangat berat. Karena itu, Sugimanharjo, keinginan untuk merdeka sangat kuat. Menurutnya, padi milik Ayahnya selalu diambil oleh penjajah Jepang.

Hari pahlawan, kata Sugimanharjo, merupakan momentum mengenang para pejuang kemerdekaan. Menurutnya, hari pahlawan merupakan bentuk penghargaan terhadap para pahlawan bangsa Indonesia.

Apakah pengahargaan negara terhadap pejuang kemerdekaan Indonesia suduh cukup, Sugimanharjo menegaskan, tidak memikirkan hal tersebut. Ia hanya bersyukur Indonesia sudah merdeka. Selain itu, saat ini, lanjut Sugimanharjo, bersyukur bisa memikirkan keluarga.

No comments:

Post a Comment