sumber:https://kmk312dewi.wordpress.com/sejarah/para-sejarawan/
Belum banyak orang tau, apabila jalan Kapten Muslihat yang setiap harinya tidak pernah dilalui kendaraan bermotor dan pejalan kaki itu ternyata menyimpan nilai sejarah tentang gugurnya seorang pejuang muda di masa revolusi, bahkan karena perjuangan dan pengorbanannya, selain nama besarnya diabadikan menjadi nama jalan tersebut, dibagian jalan lain tersebut didirikan pula monumennya, itulah monumen yang selama ini kita kenal sebagai Kapten Muslihat. Akan tetapi tahukah anda, siapa kapten Muslihat itu ?
Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, hari Senin tanggal 26 oktober 1926, bertepatan dengan terjadinya aksi pemogokan buruh komunis yang saat itu tengah gencar-gencarnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Hindia Belanda.
Pendidikan formal Tb Muslihat diawali dari HIS Rangkas Bitung, akan tetapi, hanya sampai
kelas 3, karena ia harus ikut pindah bersama orang tuanya ke Jakarta. Di Jakarta ia melanjutkan kembali pada tingkat sekolah yang sama hingga selesai.
Tamat dari HIS tahun 1940. kemudian dilanjutkan ke MULO sampai kelas 2. Sekeluarnya dari MULO, Tb Muslihat bekerja di BOSBOW Proefstasiun (Balai Penelitian Kehutanan) yang terletak di Gunung Batu Bogor, akan tetapi baru sebulan kerja disana, terjadi perang Pasifik, perang yang memaksa tentara dan pemerintahan Belanda menyerah kepada Jepang.
Sejak saat itu, tepatnya tahun 1942, kota Bogor dikusai oleh Dai Nippon. Sejalan dengan itu, Tb Muslihat berpindah kerja ke Rumah Sakit Kedung Halang Bogor, dan menjadi juru rawat, tetapi tidak lama kemudian pindah lagi ke jawatan kehutanan.
Situasi Kota Bogor dibawah kepemimpinan Dai Nippon tidak lebih baik dari Pemerintahan Jepang dikenal dengan pemerintahan militer, segala kebijakan diserahkan kepada pucuk pimpinan angkatan perang di daerah kekuasannya masing-masing, garis kebijakan dibicarakan langsung dengan Markas Besar Angkatan perang, sedangkan pelaksanaan dari kebijakan tersebut sepenuhnya berada ditangan mentri pertahanan dan para Panglima Daerah pendudukannya masing-masing, hal semacam ini sudah merupakan watak dari penjajah.
Seiring dengan didirikannya tentara pembela tanah air PETA pada bulan oktober Tb Muslihat meninggalkan pekerjaannya, ia mendaftarkan diri menjadi tentara sukarelawan Pembela Tanah Air PETA, setelah melalui beberapa test, Tubagus Muslihat berhasil lulus dan diterima sebagai tentara PETA dengan pangkat, ia dimasukan kedalam kategori pemuda-pemuda cakap dan berani, emudian dipilih menjadi Shudanco (komandan Seksi atau peleton) bersamaan dengan Ibrahin Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat, Suwardi, Abu Usman,Rojak dan Bustami.
Pada tanggal 14 Agustus 1945, kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang dibom oleh tentara sekutu, pada saat itu sikap tentara jepang tampak kebingungan, Seluruh anggota PETA yang ada di Asramanya langsung dibubarkan oleh tentara Jepang, dengan catatan senjata dan peralatan perang lainnya harus ditanggalkan, namun demikian ada juga beberapa orang yang berhasil keluar dari asrama tersebut dengan membawa senjata dan pedang, salah satunya adalah Shudanco Muslihat.
Dengan bermodalkan senjata curian itulah kapten Muslihat bersama rekan-rekannya meneruskan perjuangannya dan ikut bergabung dengan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang bekerjasama dengan organisasi API, AMRI, KRIS dab PESINDO, disamping tugas mereka menjaga keamanan didalam kota, gerakan yang merwka lakukan pun berusaha mengumpulkan dan merebut senjata dari tangan Jepang.
Selanjutnya perjuangan mereka lebih meluas dengan merebut kantor-kantor yang di duduki tentara Jepang hingga menjadi milik Republik Indonesia. Karena Kapten Muslihat sangat dikenal sebagai seorang komandan yang tegas, maka perintahnyapun selalu dikuti oleh seluruh anak buahnya.
Pada tahun yang sama 1945. secara de jure dan de facto pemerintahan Republik Indonesia resmi didirikan di kota Bogor, pada saat itu BKR dibubarkan dan dirubah menjadi Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) oleh Jenderal Urip Sumoharjo, sedangkan Tubagus Muslihat diangkat menjadi Kapten dan ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalion II TKR.
Pada bulan Oktober 1945, situasi kota Bogor sangat genting, tentara Inggris dan Gurkha memasuki daerah Bogor, ditunggangi oleh tentara NICA, pertama kali yang mereka datangi adalah tengsi Batalyon XVI bekas tentara jepang yang memang sudah di kosongkan, merasa sudah kuat, tentara Inggris dan Gurkha melebarkan kekuasaannya dengan menduduki Kota Paris, tempat nyonya-nyonya dan anak-anak Belanda (RAOPWI) dikumpuilkan. Dlam waktu singkat dan tanpa melalui proses peperangan Kota Paris dapat direbut dengan mudah oleh tentara Inggris dan dijadikan wilayahnya,
Kadaan di dalam kota Bogor saai itu semakin kacau, tentara Inggris ternyata lebih sombong daripada Belanda, mereka mencoba merebut Istana yang waktu itu dijaga ketat oleh pemuda-pemuda Bogor. Dalam situasi yang cukup panas itu, perundingan antara pembesar kota Bogor dan Inggris segera dilakukan, tetapi perundingan itu gagal, tentara Inggris berhasil memasuki istana Bogor. dengan berat hati pejuang-pejuang Bogor meninggalkan Istana.
Akibat sikap tentara Inggris yang menyakitkan hati rakyat, maka pada tanggal 6 Desember 1945, seluruh masyarakat Bogor mengadakan pemberontakan, kendati hanya bersenjatakan bambu runcing, golok, pedang dan persenjataan alakadarnya, akan tetapi peperangan berlangsung sengit dan menggetarkan, terutama disekitar Istana Bogor dan Kota Paris.
Ditengah situasi Kota Bogor yang kian memanas dan berbau maut itu, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kemarkas-markas yang diduduki tentara Inggris dan Gurkha, padahal waktu itu istri kapten Muslihat dalam keadaan mengandung, makanya setiap kali akan melakukan peperangan kapten yang berusia relatif muda itu selalu berpesan kepada istrinya supaya ia dapat menjaga sijabang bayi, bahkan untuk menghibur dan menenagkan hati istrinya kapten muslihat sering berkata apabila kelak anaknya lahir akan ia beri nama merdeka.
Hingga suatu hari yang nahas, tepatnya tanggal 25 Desember 1945, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kekantor Polisi yang terletak di jalan Banten (sekarang jalan Kapten Muslihat), dalam penyerangan tersebut ikut turut pula Gustiman (adik kandung kapten Muslihat).
Kontak senjatapun terjadi mewarnai penyerangan itu. Akan tetapi pertahanan tentara Inggris dan Gurkha sangat kuat. Merasa kesal karena serangan yang dilakukannya belum dapat mematahkan kekuatan musuh, maka kapten Muslihat keluar dari tempat persembunyian dan melakukan pennyerangan penyerangan secara terbuka.
Awalnya serangan yang dilancarkan ditempat terbuka memang banyak mengakibatkan beberapa pihak musuh ambruk diterjangan peluru yang dimuntahkan dari senjatanya. Akan tetapi tiba-tiba sebutir peluru dari pihak musuh mengenai bagian perutnya. Darah mengucur dari perut kapten muslihat. Seperti banteng terluka, kapten Muslihat terus menyerbu menembaki musuhnya hingga ia tidak memperdulikan lagi berapa peluru yang sudah bersarang ditubuhnya akibat serangan balik yang dilancarkan yang dilancarkan musuh.
Melihat kondisi yang menyakitkan dan menyayat hati siapapun yang melihatnya. Gustiman memburu kearah kapten Muslihat dan berusaha untuk menolongnya, tetapi kapten muslihat memerintahkan supaya adiknya menyingkir dari lokasi tersebut, ia khawatir akan semakin menambah korban, sampai ketika sebuah peluru lagi menerjang bagian punggungnya, barulah seketika itu tubuh Kapten Muslihat jatuh tersungkur mencium bumi, darah segar bersimbah memenuhi badannya, dfan kaos oblong putih polos yang dikenakannya berubah menjadi merah.
Sekalipun sangat sulit untuk menarik tubuh kapten Muslihat dari arena pertempuran karena terus menerus dihujani peluru, tapi berkat kesigapan PMI dan pasukan yang dipimpinnya, akhirnya tubuh kapten muslihat berhasil juga ditarik keluar dari arena pertempuran dan diboyong kerumahnya yang terletak di Panaragan.
Sebelum menghebuskan napas terakhirnya, Kapten Muslihat berwasiat kepada istri dan keluarganya, supaya uang simpanannya yang berjumlah Rp 600 (uang kertas Jepang) disedekahkan kepada fakir miskin, sedangkan kepada kolega dan beberapa anak buahnya beliau berpesan agar meneruskan perjuangannya.”Kita pasti menang dan Indonesia pasti merdeka!!!. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar” seiring dengan berakhirnya takbir tersebut, tubuh kapten Muslihat mengejang dan diam tak bergerak untuk selamanya, inalilahi wainailahi rojiun. Peninggalkan kapten Muslihat disaksikan oleh Dr Marjuki Mahdi.
No comments:
Post a Comment